100% FREE

Rabu, 15 Juni 2011

Mencerahkan Orientasi Belajar Siswa

Paradigma berpikir belajar untuk ujian perlu ditinjau ulang demi peningkatan kualitas dunia pendidikan. Beragam cara ditempuh agar dalam ujian bisa mengerjakan dengan mudah bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai bagus. Nilai bagus, harapan murid, guru, dan wali murid. Mendapat ilmu yang bisa dipertahankan manfaatnya sepanjang masa juga menjadi harapan semua. Semua harapan itu tak datang begitu saja. Ada proses yang harus dilalui bila ingin benar-benar mendapatkannya. Beragam cara yang telah ditempuh oleh murid, guru, bahkan wali murid dalam mendapat nilai bagus. Di antaranya:

Pertama, mencari nilai dengan bersusah payah dengan belajar sungguh–sungguh, terutama makin dekat waktu ujian, memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk menghabiskan materi yang belum dikuasai. Akhirnya target menguasai materi dan waktu yang ada terus berkompetisi sehingga saat ujian, harapan bisa mengerjakan soal dan mendapat nilai bagus tercapai.
Dua, prinsip nilai bukan prioritas utama tapi belajar untuk bisa lebih diutamakan daripada belajar untuk ujian. Sehingga setiap proses pembelajaran selalu serius karena semangat bisa menguasai ilmu begitu besar dibanding sekadar mencari nilai bagus. Sehingga mendekati waktu ujian bahkan saat ujian sekalipun tak perlu memforsir energi untuk belajar bisa dihindari karena sebelumnya pada proses pembelajaran sudah menguasai dan memahami materi.
Ketiga, mencari nilai bagus tanpa susah payah. Misalnya dengan mempersiapkan jawaban dalam kertas kecil atau biasa disebut menyontek. Ada juga yang melobi pihak yang berhak menentukan nilai dengan imbalan tertentu agar mendapat nilai baik.
Memerhatikan cara pertama, dengan usaha hebat mendapat nilai bagus dengan belajar giat menghadapi ujian memiliki hasilnya secara kualitas tak bisa bertahan lama karena belajarnya hanya untuk ujian, sehingga setelah ujian berlalu kadang materi yang dipelajari akan hilang dengan sendirinya.
Sementara cara belajar yang kedua, memiliki kekuatan yang luar biasa dalam hal kualitas. Karena prioritas utama dalam belajar tidak sekadar nilai tetapi ada hal yang menjadi target besar yaitu bisa menguasai ilmu atau materi yang dipelajari. Inilah yang menjadikan ilmu eksis bertahan sepanjang masa walau ujian sudah berlalu. Penguasaan ilmu yang menjadi semangat dalam belajar akan melahirkan kualitas peserta didik yang mencerminkan kualitas tak hanya di atas kertas saja tetapi bisa dibuktikan keintelektualannya sepanjang masa. Bisa menjaga nilai luhur ilmu yang telah dipelajari dan yang berkesan adalah bisa menciptakan sejarah yang indah dalam dunia pendidikan.
Sedangkan cara belajar ketiga yang menempuh jalan pintas dalam mendapat nilai perlu diminimalisir bahkan harus dikikis habis dalam dunia pendidikan. Karena inilah sebenarnya yang menjadi salah satu akar permasalahan dalam dunia pendidikan. Kualitas yang tidak tercermin secara utuh sering menimbulkan kesenjangan pendidikan. Sehingga produk pendidikan menjadi tidak berkualitas secara mutlak tetapi kadang sekadar kualitas formal yang sangat kecil peluangnya untuk bisa menjawab tantangan zaman yang semakin berat. Banyak noda–noda hitam dalam dunia pendidikan kita sehingga menciptakan sejarah kelam dunia pendidikan. Praktik–praktik ketidakjujuran dalam dunia pendidikan seakan terus tercipta menambah beban betapa beratnya meningkatkan kualitas luhur manusia.
Kenangan terindah dalam hidup kita adalah bila kita bisa melahirkan sejarah terindah bagi generasi–genarasi sesudah kita dan bukan sebaliknya menciptakan sejarah kelam dalam hidup sehingga harapan bangsa dalam mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan semakin jauh untuk dicapai. Kejujuran dalam belajar pada dasarnya adalah keikhlasan dalam belajar bukan karena imbal balik nilai yang menjadi tradisi harapan dalam menempuh ujian, tetapi belajar untuk meningkatkan kualitas diri. Inilah yang lebih bermakna daripada sekadar mendapatkan nilai. Sesungguhnya kejujuran dalam belajar tidak sekadar melahirkan kualitas tetapi juga menciptakan sejarah intelektual yang pantas dikenang sepanjang masa. Dan tentunya sesuai dengan nilai–nilai luhur pendidikan
sumber: surya[dot]co[dot]id

Mitra Advertorial