100% FREE

Senin, 07 Maret 2011

Pisau Bermata Dua Itu Bernama Facebook


Siapa tidak mengenal Barack Obama ? Presiden kulit hitam pertama yang memimpin negara Adidaya. Apa rahasianya hingga ia terpilih menjadi penguasa. Padahal di masa lalu, orang kulit hitam adalah warga negara terpinggirkan di sana.  Ternyata Facebook berhasil menjadi ujung tombak Obama untuk memikat hati para pemilihnya.
Di Indonesia, beberapa waktu lalu terdapat berita bahwa di kota Jombang, seorang siswi MTs menghilang setelah bertemu dengan seseorang yang dikenalnya melalui facebook. Di Bandung pun demikian, seorang pelajar putri tidak kembali lagi ke rumah orang tuanya dan memilih ikut dengan seseorang yang menjanjikannya sesuatu melalui facebook.  Hmmm.........  ck..ck.. ck....



Hari gini siapa yang tidak mengenal Internet? Apalagi dengan teknologi terbarunya yang memungkinkan pemakai internet turut serta menjadi content provider seperti membuat blog, forum, portal, jaringan sosial dan berbagai jenis layanan konten lainnya secara mandiri. Juga sebagai tonggak sejarah dimulainya web yang benar-benar bersifat interaktif, artinya pengunjung juga dapat membuat konten sendiri. Sekarang anak SD pun sudah mampu membuat web site sendiri, walaupun formatnya masih berupa blog sederhana.
Ada satu lagi fenomena yang belakangan ini menjadi trend, yaitu web yang bersifat jejaring sosial atau pertemanan. Tempo hari yang menjadi trend dan standard adalah Friendster, sekarang Friendster sudah tidak laku karena hampir semua pengguna internet beralih ke Facebook. Situs ini menjadi sangat booming setelah kemenangan presiden AS kulit hitam pertama, Barack Obama yang menggunakan Facebook sebagai salah satu media kampanye.
Saat ini semua orang latah dengan Facebook, termasuk saya. Facebook memungkinkan kita untuk membuat jaringan pertemanan, baik itu teman satu ide, gagasan, hobi atau juga mencari jodoh lewat Facebook, mendapat selingkuhan, juga bisa mencari teman atau relasi kita yang sudah hilang selama puluhan tahun.
Hanya saja belakangan ini penggunaan Facebook sudah tidak proporsional lagi. Banyak orang yang rela berlama-lama mengakses internet hanya untuk mengurusi account Facebooknya. Mulai dari mengudate status sendiri, melihat dan mengomentari status update teman. Maaf, saya bukan termasuk golongan seperti ini. Saya memang termasuk internetholic dan malah bisa disebut can't live without. Tapi saya tidak pernah mengutamakan mengakses Facebook dalam setiap kegiatan internet saya. Saya cenderung lebih baik mencari ilmu di internet daripada melototin status update teman-teman. Saya termasuk golongan yang produktif dengan internet. Banyak yang telah saya dapat dari internet tapi bukan dari Facebook. Facebook hanya sebagai pelengkap. Bukan hal utama ketika saya mengakses internet.
Sebagai seorang guru, saya bertanggung jawab dalam penyampaian materi & ilmu baik di kelas maupun di luar kelas. Apalagi posisi saya sebagai guru SMK ranah TI yang notabene perkembangannya sangat cepat sekali dan ekstrim, bahkan dalam hitungan menit. Saya harus terus memonitor perkembangan dunia Teknologi Informasi di luar sana agar kompetensi siswa-siswi saya keep up to date with global changing. Seharusnya memang seperti itu materi & kurikulum di SMK terutama dari ranah TIK ini. Mau ikut perubahan atau tetap patuh dengan kurikulum dari departemen pendidikan nasional? Siapa yang bertanggung jawab jika lulusan SMK ilmunya tidak terpakai di dunia kerja? Depdiknas atau guru yang menagajar? Berapa rasionya antara lulusan SMK yang bekerja sesuai dengan bidangnya dengan yang tidak? Jika lebih kecil berarti proses pendidikan di SMK belum optimal.
Aktivitas saya dalam berinternet ria lebih banyak mencari sumber informasi & ilmu yang bukan untuk saya saja tapi juga terutama untuk murid-murid saya. Bila dihitung-hitung, banyak ilmu yang saya peroleh lewat internet dibanding relasi yang saya dapat lewat Facebook.
Bila dulu saya belum bisa ini itu, Alhamdulillah sekarang lewat teknologi internet saya sudah still yakin / PD dengan kompetensi dan skill saya. Malah juga sudah bisa mencari uang menggunakan skill saya. Skill yang saya asah dari ilmu-ilmu yang bertebaran di internet.
Jadi ingat beberapa teman saya yang keranjingan Facebook, saking getolnya sampai-sampai sedang buang hajat pun mereka lapor ke Facebook dan mengupdate satusnya menjadi... Lagi Beraak..! Apa iya ya Facebook dijadikan alat lapor diri seekstrim itu? Teman saya yang satu lagi setiap mengakses internet, yang dibuka hanya Facebook, nothing else. Di kantor saya yang sekarang (ruang guru), mereka juga asyik mengakses Facebook di waktu senggang. Sayang memang. Saya perhatikan, rekan-rekan guru satu sekolah jarang yang membuka sumber-sumber ilmu lain untuk pengayaan ilmu didik mereka ke siswa. Hanya Facebook.
Bangsa kita memang jadi budak teknologi. Teknologi yang seharusnya bisa membantu meningkatkan taraf hidup & kesejahteraan malah menjerumuskan kita ke dalam kegiatan yang tidak-tidak. Bangsa kita susah sekali berkreasi (bahkan langka) tapi sekali punya sesuatu sering sekali tidak bisa menjaganya.

So What?

Daripada Facebook menjadi polemik, lebih baik gunakan sebaik-baiknya. Tidak semua sisi Facebook itu buruk. Saya sendiri menggunakan Facebook sebagai sarana online mata pelajaran yang saya ajar dengan guru TI se-Indonesia. Sarana bertukar informasi, sharing dan saling mengisi. Bahkan bisa sama hebatnya dengan forum atau mailing list. Jadi bukan hanya sekedar melihat foto keluarga si anu atau update status yang nggak mutu. 

Mitra Advertorial